Kamis, 11 Januari 2018

Coretan dari Dunia Bayangan



            Ilusi season dua itu hampir saja melepas diri dari jeratan bayangan. Dunia bayangan dan konyanikasi udara lagi membuat sebuah persaudaraan walaupun ada banyak hal yang belum diketahui bagaimana sebenarnya atau bagaimananya nyatanya. Tapi sesuatu yang namanya kenyamanan mematahkan senyaanya. Orang itu akhirnya resmi mengisi lembaran cerita entah bagian apa dalam hidupku, tapi yang jelas satu, bagian persaudaraan.          Dunia bayangan yang membuat aku belajar sesuatu hal yang aku kira hanya ada di dunia imajinasiku saja cerita drama atau kerangka cerita yang ingin aku tulis membentuk sebuah novel dan entah takdir apa yang akan terjadi, sosok itu ada dan jujur aku adalah salah satu orang yang mengaku beruntung mengenalnya. Iya, karena aku selalu merasa beruntung mengenal seseorang yang ketika mengenalnya hatiku semakin dekat dengan yang maha mendekatkan.
            Hanya dua kata yang mengisyarakan indentitasnya saja yang kutahui, selebihnya aku tidak tahu dan aku tidak mau tahu. Rasa tidak tertarikku untuk dunia satu itu jika bukan orang yang memang aku incar masih membuatku tidak tertarik mengetahui tentang halnya lebih lanjut lagi. Aku yang juga tidak nyadah percaya, bukan hanya dengan dunia bayangan itu saja, bahkan dalam dunia nyata yang sedang kujalani ini. Tapi something interested with you meskipun lebay kanya berhasil mengotak-ngotakkan imajinasiku dan aku selalu tertarik melanjutkan konyanikasi dengan orang yang begitu. Aneh tapi nyata, beragam vonis anehku terhadapnya. Sambil mengernyitkan mata menatap layar hape di persipanggan jalan biasa tempat aku menunggu jemputan saat pulang kuliah ketika aku baru-baru mengenalnya.

You My Sister and I As your Brother

            Apa aku bilang, kanya memang lain, kamu punya sesuatu yang menarik menurutku. Cerita berlanjut saat pembahsan-pembahasan sederhana yang biasanya akan berunjung dengan kalimat yang membuat boring saat perkenalan itu. tapi lain halnya dengan ini, chat demi chat membuktikan dan satu persatu vonis konyolku patah dan dia dengan cerintanya semakin menarik saja dan semakin menjadi misteri yang belum tertarik untuk kupecahkan saat itu.
            Awalnya ceritanya itu sulit aku terima, itu terlalu mendramatis. Lalu kuputuskan utuk mencari tahu siapa kanya lewat beberapa foto yang ada di koleksi akunnya. Oh ya, sekilas mungkin benar begitu dan aku mendapatkan sumber yang menjelaskan dia bukan orang asing, you know my friend and I think you find me with him. Teman satu wilyahku dan temanku dulu saat masih sama-sama dalam satu diniah. Cowok putih yang terkenal pintar dan menjadi bahan omongan di beberapa anak gadis di kampung.
            Ceritanya dengan puluhan adik angkat yang tiap-tiap mereka mempunyai sesuatu hal yang istimewa membuat aku berpikir keras bagaimana sebenarnya manusia bayangan yang sedang menulis chatnya ini. Entahlah, aku mulai menyukai ceritanya malam itu dari susunan kata-kata yang terangkai dengan bahasa yang menurutku mengasyikkan. Santai tapi serius, tidak terlalu fokus tapi terarah mewakili karakterku sebenarnya. Apalagi gaya sok tahu yang memang harus diakui sih kebanyakan dari tebakan sok tahunya itu benar. Tapi wait, suka? Iya, aku menyukai tapi jangan terlalu jauh mengartikan kata yang satu ini dan ini tidak ada alasannya disini dan entah bagaimana jalannya, aku resmi menjadi salah satu dari daftar panjang adik perempuannya but, harus aku akui meskipun berat, aku tidak seistimewa mereka yang telah menjadi adiknya terlebih dahulu yang katanya masing-masing punya kelebihan yang istimewa. Yasudahlah.
            Seseorang yang datang dengan menawarkan banyak nuansa penuh aroma yang mendekatkan hati dan menawarkan kebaikan dengan persaudaraan seperti itu bukankah harus diterima dengan baik, dan ya, ada rasa senang juga sekilas mampir di hatiku saat aku tahu aku punya salah satu saudara baru lagi di dunia bayangan itu, rasa senang itu lebih terasa dari sebelumnya, sesorang di dunia tersebut juga tiba-tiba menganggapku sebagai adik beberapa tahun yang lalu tapi sekarang sudah agak renggang karena kurang komunikasi. Dan untuk hari selanjutnya itu, resmilah namanya Taufik Hidayatullah bertengger di buku harianku meskipun awalnya aku salah menulis nama lengkapnya aku yang kadang tidak teliti dan pelupa salah menulis nama belakangnya dan mengganti menjadi “Taufikurrahman”. hehe..Aku bukanlah orang yang jeli dalam mengingat nama dan membacanya.

Cerita dengan Satu Tangan
            Bagiku setiap makhluk ciptaan Allah itu semuanya  istimewa dengan apa yang dimilikinya dan tentunya wajahnya. Termasuk ketika aku mengatakan kanya itu ganteng padahal jujur saja, waktu itu aku belum tahu yang  mana mukanya sebenarnya. Tapi cerita malam itu berlanjut ketika dia menceritakan sesuatu hal yang membuatku kaget dan termenung beberapa detik. Membayangkan tentang banyak hal yang telah hilang darinya.
            “Aku adalah lelaki dengan sebelah tangan..’”
            Sebuah kecelakaan itu membuatnya kehilangan sebelah tangannya, begitu yang aku simpulkan dari ceritanya malam itu, dan saat aku meminta dia menceritakan lagi. Dia menolaknya. Nanti suatu saat jika kami bertemu cerita itu akan di ceritakannya. Dan apa katanya? Ketemuan? Tidak. No.satu lagi seseutau yang tanpa alasan yang dari dulu tidak aku sukai itu (Tapi sekarang aku punya, hehe) . Aku tidak mau ketemuaan meskipun aku harus jujur rasa penasaranku masih tetap tinggal disini. Tapi aku hanya sekedar penasaran saja, tidak berniat untuk ketemuan atau bagaimana yang lainnya.
            Malam itu aku menatap langit-langit kamarku dengan pikiran ku yang menerawang jauh. Memikirkan cerita yang baru saja diceritaknnya itu. bagaimana bisa? Seseorang yang dulunya sangat aktif dan bahagia, dan dari bahasa chatnya aku mulai menyimpulkan dia abagn angakatku yang baru itu mempunyai jiwa yang ceria dan mengasyikkan tidak hanya di dunia bayangan saja tapi juga di dunia nyata. Pasti dia begitu bahagia. Dan aku juga mulai membuat sebuah vonis yang liar dan baru terhadapnya “mungkin itu alasan kenapa dalam chat pertamanya begitu lebay, apakah mungkin itu dampak psikologisnya yang berubah? Ya, Allah kadang kehidupan yang terjadi seperti begitu kejam dan aku lirih  membayangkannya.
            Perasaanku bercampur aduk, kasihan? Bukan. Seperti hal aku, aku rasa dia juga begitu tidak ingin dikasihani, mungkin kesamaan kami itu juga terletak disitu, sama-sama sok mandiri dan sok kuat begitu. (Tapi kalau aku Cuma sok aja..hehe) Tapi, ada seseuatu, aku tidak bisa membayangkan certanya yang pertama tentang adik angkatnya yang di ajak menikah, aku menebaknya pasti mereka mau. Bukankah dalam pengamatanku, seorang wanita itu tidak melulu mencari bentuk wajah yang rupawan dan hartawan. Nah, apalgi adik-adiknya yang katanya memiliki hal yang istimewa itu pasti akan lebih mudah tertarik kepadanya. Apakah mereka menjauh setelah kecelakaan itu? ah, pasti banyak sekali yang berubah dengan kehidupannya dan salah satunya adalah kedekatan dia dengan sang Pencipta dan aku rasa itu hal yang paling terasa.
            Beberapa hari itu juga, banyak hal yang tidak mengenakkan aku alami, yang membuat perasaanku gelisah dan menjerit-jerit. Aku seperti sednag berada di tempat yang tidak aku harapkan. Aku meletakkan handphoneku menatap layar laptop, mulai ingin mengetik beberapa kata, tapi pkiran ku buyar. Isi chat dengannya sudah aku lupakan di lima menit yang lalu saat aku mencoba mengatur nafas dan mulai bermain dengan laptopku. Pkiran ku buyar, satu detik dua detik aku hanya menatap layar laptop di depanku saja. Lalu, bayangan masalah itu dan bebrapa hal lagi memnuhi ruang pikiranku hingga menyesakkan hatiku. Aku harus bagaimana? Mataku mulai naik menatap langit-langit kamar yang kosong, lalu kedekatkan kepalaku ke arah meja belajar itu dan akhirnya setelah hampir sebulan tertahankan mendung itu menjadi hujan, terisak tanpa bersuara meski hanya beberapa tetes tapi lumayan deras. Oh, tidak aku nyalai cengeng. Segera aku hapus air mataku saat menyadari hal itu. tapi dia tetap saja turun, turun dengan berbagai kerinduanku hingga aku terlelap.
            Satu jam kemudian aku terjaga masih tertidur diatas meja belajar itu, aku melihat jam digital di hapeku yang hampir menujukkan jam tenganh malam. Tapi aku masih ingin membuka dan melihat akunku, sambil berjalan keatas tempat tidur aku membuka chatnya. Tenryata abagn angkat itu masih On. Kali ini Aku berniat ingin men offkan facebook ku ini, lama setelah dulu aku ingin memblokirnya tapi karena ada bebrapa pertimbangan. Aku jadi tidak jadi meblokirnya. Sayang, akun itu sudah seperti pencatat sejarah perjalanan ku dari nyalai kelas dua MTsN dulu. Tapi biarkan aku off saja.
            Bagian yang dihilangkan..heheh. gak penasaran kan?
We Must Meet
            Setiap orang yang berkomunikasi dalam dunia bayangan itu pasti selalu dengan modus-modus tertentu yang akhirnya menuntut pembawaan ke dunia nyata melepas diri dari dunia bayang-bayangan. Dunia bayangan yang hanya terlihat samar-samar dan tidak jelas. Ah, ya. Apa generasi ini selalu saja berurusan dengan dunia samar-samar begitu. Mungkin ya, begitu kosekuensi dari perkembangan dunia yang tidak bisa dibendung lengkap dengan nilai plus minusnya. Dan aku masih menjadi si gadis pemikir keras yang nmungkin terlalu emikir keras. Absolutely, But sometime aku merasa seperti ada hal yang juga tidak ingin ku terima dalam permbelakuan ini hingga membuat aku memmilih jika seandainya aku diberi pilihan sekarang. Aku ingin hidup dimasa itu saja, dimasa tidak ada gagdetnya but bukan dimasa penjajahan juga ya, ngeri ngeri. Tapi maksudku dimasa orang-orang yang natural, hidupnya natural, kejalasan mana yang benar dan mana yang salahnya jelas. Tepatnya aku ingin hiudp dimasa Rasulullah atau dimasa abad kejayaan Islam.
            Ya, tapi itu kan kata senadainya, dan hal yang kenyataan dari persepsi kata seandainya adalah tidak pernah pernah akan menjadi kenyataan. Oh, iya itu bukan maksudku tidak menerima kenyataan untuk ini, atau menyalahi takdir ku, is not like that, aku yakin setiap yang telah diatur adalah keputusan yang terbaik dariNya, hanya saja ini masih dalam konterks seandainya jika aku bisa memilih sekarang. Dan ya, jika aku mengatakan hal yang seperti itu bukan bearti aku merupakan salah satu orang yang sangat tidak bahagia tinggal dan menajdi genarasi ini. Of course I happy.
            Seperti air yang mengalir mengikuti arus, begitulah biasanya komunikasi yang sering aku gunakan itu. aku mengikuti arus komunikasinya dan ternyata arus tujuannya banyak hal menyamaiku. But I not say about that dan aku kira dia juga tidak mengatakan itu. ternyata perkiraanku salah, dia mengatakan itu, katanya di dalam sebuah bait chat, aku, dia dan dianya lagi(Temanku yang mengenalinya) adalah sama. Tapi, ya sifat ceroboh itu teraplikasikan disana, aku tidak membaca kalimat yang menjelaskan ada dia dalam persamaan yang dikatakannya itu. aku hanya membaca bagian kalimat yang menjelaskan kalau aku dan safwdy yang sama. Baru setelah beberapa bulan kenyadian aku membaca chatnya ulang menyadari itu. dan ya, akhirnya karena kecocokan dalam patokan komnuikasi itu membuat kami bisa dibilang bukan teman dunia bayangan biasa lah, hubungan kami nyalai sedikit serius kurasa, saat aku merasa aku resmi diangkat menjadi salah satu adik angkatnya yang tanpa salah satu keistimewaan seperti adik angkatnya yang lain itu. hehe..
            Layaknya sebuah hubungan yang akrab, pertemuaan di dunia bayangan tidak akan pernah menjadikan kedekatan yang sebenarnya. Oh iya, kami memang akrab hanya dalam eberapa jeda waktu chat, tapi sampai beberapa bulan pertama aku tidak perah tahu dia tinggal dimana. Entahlah di Aceh yang bagian mana. Terserah aku mungkin perlu tahu tapi tidak begitu ingin tahu waktu itu dan tidak butuh banyak chat yang membuat dia mengajakku untuk melepas diri dari dunia ilusi, dia mengajakku untuk saling mengenal lansung.
            Iya mungkin itu salah satu dari banyak hal yang biasa bagi kebnayankan teman-temanku merupakan hal yang luar biasa bagiku, dalam kasusku, entah apa yang melatar belakangi itu, sehingga setiap kali orang yang megajakku untuk ketemuan aku menolaknya. Alasannya nyangkin waktu itu, waktu kelas SMP aku masih kaku bertemu dengan orang baru atau orang yang embel-embel pdkt lalu pacaran. Memang iya, saat itu aku juga ingin mempunyai pacar seperti teman-temanku, tapi keinginan itu terpatahkan ketika aku yang pemikir kereas memikirkannya tentang hal yang akan aku dapatkan dengan pacaran. Cinta monyet, Pdkt, jadian, antar-jemput, jalan-jalan, putus, nangis-nangis-nangis, sedih lagi deh. Itu-itu aja. Dan nyangkin itu alsannya saat itu aku menolak dua orang lelaki yang menyatakan perasaannya kepadaku waktu itu. Aku masih ingat salah satunya. Tapi hanya namanya, jangan tanya bagaimana bentuk wajahnya sekarang, karena meski dia beberapa kali setia menunggu aku di depan halte saat pulang sekolah dulu. Tapi jujur seinci bayangan wajah dia tidak bisa aku ingat bagaimana bentuknya sekarang. Ah, segampang itu kah aku melupakan seseorang itu? Aneh nyangkin tapi yasudahlah.
            Dan deretan cinta monyet lainnya yang selalu mengajak lebih dekat dengan ketenyaan. Ah, itu membosankan. Mungkin benar juga jika kondisi fisik ku juga tidak menarik-menarik amat dalam foto di dunia bayangan itu dan asli, tapi sebenarnya itu bukan alasan karena dalam pengamatanku teman-temanku yang sestanndar aku juga banyak memilki gebetan dalam ketenyaan itu dan meski ketenyaan itu tidak meski identik harus dengan pdkt awal untuk hubugan pacaran, tetap saja aku malas dalam hal itu, malas tanpa penejlasan, seperti aku malas mendengar beberapa istilah atau kata dakam beberapa bahasa Aceh dan Indonesia. Tidak ada penjelasannya mengapa.hanya tidak suka saja(titik).
            Dan apakah aku terlalu aneh untuk kategori yang demikian? Apakah aku terlalu cuek? Atau bagaimana? Entahlah, aku tidak akan peduli selama aku menikmatinya, yakan?
            Jujur, kadang aku berpikir aku terlalu lebay juga untuk itu dan saat kata-kata we nyast meet dari dia terucap, di dalam pikiranku sudah terkunci memang tidak akan ada itu untuk dia, kecuali jika suatu saat nanti takdir yang dengan embel-embel tanpa sengaja mempertenyakan. Tapi, saat kata-kata pertenyaan itu diucapakannya lagi, aku hampir saja meruntuhkan benteng malas ketenyaan itu. aku takut dia menganggap aku tidak mau ketenyaan dengan dia kerana kekurangan yang dia miliki itu. akhirnya malam itu ewat sms aku aktakan kita akan ketenyaan nanti jika aku sudah masuk kuliah, tapi dia membalasnya “sudah gak usah aja, jangan ubah prinsip adek!”
            “Ha, apa? Prinsip? Apakah ini prinsip? Jika ia yasudahlah.

Saat Akhirnya Dia Berhasil Masuk Ke Dalam Pikiranku
            Pagi itu weekend panjagnku, seperti biasa aku suka mengahbiskan waktu weekenduk di ruamh kalau tidak dengna pekerjaan rumah dengan baju cucian yang menggunung aku berimajinasi dengan laptopku. Megetik apa saja kata yang ingin aku tulis atau bermain hape dimakarku. Hari itu suasana langit sedang mendung, malasku menyelinyati tubuh, aku tidak berniat melakukan banyak hal lain selain duduk di kursi meja belajar andalanku yang  letaknya di depan jendela yang menyajika pemnadangan hijau di depan rumahku, bersama dengan laprop dan hape yang berapa kali sudah keluar masuk UGD itu.
            Sebelum menyalai imajinasi di laptopku, seperti biasa aku membuka medosoku yang kadang-kadang membuatku lupa dengan laptopku yang menungngu ketikan kata yang ingin kurangkai. Aku terlalu sibuk sekali dengan media sosial dan dunia banyangan itu. sibuk membaca artikel atau stlaking akun-akun orang yang kuliah di luar negri yang kebanyakannya cewek wall fbnya mempunyai tulisan yang menarik. Tapi pagi itu, sebuah kabar berita mencuri seluruh perhatianku. Sebuah cerita pendek yang ditulis oleh seorang adik angkatnya yang katanya  memiliki kesamaan sepertiku, sama apanya entahlah, atau nyangkin sama-sama suka menulis, sama-sama cewek, atau bisa jadi sama-sama manusia. entahlah. Ah, terlalu banyak orang yang sama denganku menurutnya udah ada tiga. Judulnya ”Pencuri sebelah tanganku” aku nyalai berasumsi membaca judul itu dan tanpa perdebatan aku mantap menekan tombol link tersebut dan begitu ingin tahu seperti apa ceritanya.

To be Continue...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhir Dari Move On

 Serius ini yang terakhir. janji deh.. Soal ramadhan yang lalu, dan saya yang sudah sepenuhnya ikhlas hingga lebaran sebuah cerita yang memb...