Melodi
Gerimis Desember yang Bermotivasi
Pagi
ini dan beberapa pagi yang lalu, masih sama. Hujan masih senantiasa membasahi
kota kecilku. Basah, dingin dan genangan air karena rintikan hujan menjadi pemandangan
pigura di depan jendela kamar tempat aku mengetik ini. Baru beberapa saat yang
lalu hujan berhenti. Hanya sekitar lima belas menit setelah aku menyelesaikan
shalat dhuhur ku di penghujung waktu tadi. Kini, hujan kembali turun dengan
rintiknya.
Aku
menyukai hujan dengan rintik melodi yang dihasilkannya. Tapi untuk dua minggu
ini, aku dan keadaan bumi disini
merindukan matahari. Matahari yang biasa bersinar dan membantu mengeringkan
jemuranku. Ah, begitulah kita. Kita itu menyukai sesuatu dengan porsinya. Ada
saatnya kita merindukan hujan, dan ada saatnya kita merindukan matahari. Juli
dan Desember dua waktu di bagian khaltuliswa yang begitu kontras dan ya, Juli
dan Desember juga ternyata mengajarkan kita betapa sesuatu itu dirindukan
ketika jauh dan hakikat adanya rindu, atau keinginan itu adalah ketika kita
jauh dari hal tersebut. Jauh dengan jarak, atau jauh dengan harapan. Dan ketika
ada biasa saja. Haha.. tapi saat suatu
hal itu jauh kita baru merasa bahwa kita butuh. Ah ya, lagi-lagi semua
membuktikan manusia itu makhluk yang tidak pernah puas, sulit bersyukur dan
sering tidak menghargai apa yang sedang dimilikinya. (Belajar untuk mengurangi
hal negatif tersebut ya Dear..!)
Oke.
Cerita pagi ini adalah cerita perjuangan beratemu dengan sosok lelaki muda yang
begitu menginspirasi, lelaki muda dengan segudang prestasi, lelaki muda yang dengan
banyak kata dan aksi yang begitu menghipnotis. Sebenarnya, niat yang paling
utamanya bukan untuk melihat lelaki muda itu. lelaki muda yang ya, bisa
dikatakan salah satu idola atau calon iman idaman buat para muslimah lah. Tapi
tujuan utama kami adalah untuk mengikut seminarnya itu.
Hujan
kadang juga mampu ampuh sebagain alasan untuk malas. Tapi tidak untuk hari ini.
Aku menerosbos hujan untuk mengikuti seminar nasional motivasi itu. sebenarnya
aku hampir dikalahkan oleh hujan tadi pagi dan suasana dingin yang menusuk
relung-relung nadi. Hampir berniat untuk membatalkan jadwal saja. Tapi,
mengingat dan menimbang seratus ribu itu (bayaran untuk tiket seminar) bukanlah
uang yang murah buat aku dan itu akan hilang sia-sia adalah alasan yang pertama
dan terkuat untukku tidak membatalkan rencanaku hari ini. Haha. See! Betapa kita tidak mau rugi dan
betapa uang seratus ribu itu ternyata begitu berpengaruh untuk motivasi dan
semangat kita. Mungkin seandainya sepuluh ribu bayarannya aku tidak akan bisa
menulis ketikan ini. Karena bisa kalian tebak mungkin hujan telah mengalahkan
ku.
Jumat
Gerimis di Aron
Jumat
di Aron dengan Syafii Effendi. Sebenarnya menurutku banyak orang yang bisa
mengatakan yang dia katakan. Tapi masalahnya kata-kata itu tidak akan memberi
pengaruh apa-apa, kita tidak akan bisa percaya begitu saja jika orang tersebut
tidak memberikan dampak apa-apa pada hidupnya atau kata lain dia bukan orang
hebat. So, bagaimana dia bisa mengubah banyak orang dengan kata-katanya,
sedangkan dia sendiri biasa saja Karena seperti pada dasarnya manusia itu lebih
banyak meniru dari pada mendengar melihat orang yang mengatakannya. So, apalagi
motivasi di akhir tahun.
Hujan,
angin, dingin sampai menggigil teralami hari ini. Tapi tidak apa-apa. Ada banyak
yang terpelajari hari ini. Bukan dari Syafii Effendi saja, tapi dari hujan dan
melodinya. Hujan dan nuansanya. Bahkan mungkin bang Syafii (begitu katanya
pangiilan yang begitu dirindukannya “Abang” haha, bosan di panggil mas-mas
terus..haha) harus berterimakasih pada hujan yang telah membuat salah salah
satu pesertanya belajar banyak hal dari manggabungkan kata-kata motivasinya dan
nuansa hujan. Tapi mungkin aku saja kali
ya? dan karena itu mungkin jika bang syafii baca blog ini bibirnya akan naik tiga
senti meter sambil mikir mungkin
kebingungsn ( Haa? Maksudya apa?) Hahah whateverlah.
Oh
ya, sebenarnya kami tidak tahu tempat seminar itu. Dengar namanya saja baru
pertama kali. Sebagai gadis yang hobi
travelling tapi jarang jalan-jalan, Aku
sama Nisak sempat bingung juga mau kemana. Tapi dua orang cowok yang bermantel
di depan kami yang tiba-tiba membuat kami iri di tengah hujan gerimis yang
sepertinya beberapa menit kemudian akan menjadi hujan badai. Dua cowok itu
pakek mantel lengkap, sedangkan kami basah kuyup, kalau ada yang bilang kami
cewek basah atau bahasa Acehnya Inoeng
Buluet sepertinya udah cocok. Tapi
waktu itu aja sih, secara lagi hujan. Saat kami udah kebingungan itu, feeling,
haha.. lagi-lagi aku mengandalkan feeling. Itu cowok bermantel sepertinya juga
ikut seminar secara dari penampilannya resmi-resmi gitu dan kebetulan tadi 1
Desember tanggal merah, bertetepatan dengan maulid nabi besar Muhammada saw.
(Jangan lupa perbanyak selawat ya!) yang
gak mungkin lah orang itu berdua masuk kerja atau masuk kuliah. Aku bilang sama
Nisak yang rada-rada mulai khawaitr kalau nanti kami salah alamat, kalau aku
90% yakin kalau dua cowok itu mau ikut seminar dan karakter penasaran gila aku
pingin langsung menghampiri dan nanyain lansung ke orangnya, apakah tu orang
benar ikut seminar atau enggak. Tapi, gak jadi. And Finally ketika aku fight resmi memutuskan ngikutin mereka,
orang itu berdua melambaikan tangan kepada kami yang aba-abanya mengasih kode
untuk ngikutin mereka (gak usah disruh pun udah ngikutin), Tebakanku benar.
Waktunya sekarang nanya buat sekedar
memastikan, dan ternyata you know! ternyata
cowok itu adalah anak kampus, siapa lagi kalau bukan bang Multazam sama fadel.
And at the least,
kehidupan selalu mengajarkan kita dan itu sesuatu hal yang sering kita temui
dalam kehidupan nyata ini, ada banyak hal yang harus berubah dan memang berubah
tapi kita tidak berubah dan itu menyakitkan karena kita hanya sebagai penonton
perubahan saja, atau fisik kita yang berubah tapi jiwa kita tidak pernah
berubah, padahal fisik kita menuntut perubahan. Kita punya mimpi tapi kita
tidak sadar, kalau mimpi kita tidak pernah membuat kita berubah, yang sebenarnya
dengan mimpi itu kita akan berani menghadapi perubahan tanpa beban. Karena kita sebenarnya tidak sadar kalau sebenarnya
kita sedang bermimpi dalam tidur dan itu artinya ada yang salah dari cara kita
bermimpi, sesuatu hal yang harus kita perbaiki, yang memang harus kita perbaiki
dan itu butuh konsisten, komitmen yang tinggi dan cara yang berbeda dari
penyampaian materi tadi, satu kalimat
dari beberapa kalimat yang paling membekas adalah siapapun yang tidak berubah, mereka akan punah” dan itu menyakitkan.
Gerimis
masih bertahan sampai di penghujung senja hari ini. Musim hujan desember kali
ini akan menuliskan satu angaka baru di belakang angka dua, menggantikan angka
nol, itu artinya aku dua puluh tiga hari dari hari aku menulis ini akan genap berumur dua puluh satu tahun dan
itu bukanlah suatu umur yang wajar untukku menyepele banyak hal seperti dulu,
disaat banyak orang di usiaku yang sudah tumbuh dan sukses aku masih butiran
debu utuk impianku(oh, so sad) big
dreamku, yang gak usah aku sebutin disini. Tapi itu juga bukan bearti aku sudah
telat dan berhenti. No, waktuku masih banyak untuk itu, aku akan terus dan
terus berjuang, lima tahun dari sekarang aku akan menjadi sesuatu yang dengan
sesuatu itu aku akan membuat seseorang menepuk tangan dan bangga kepadaku dalam
hatinya. Why mesti dalam hati, karena ada alasan untuk itu dan alasan itu
berhubungan ketika aku menjadi perasa ketika anak kampus melihat aku di seminar
itu dan itu aku tidak menulisakan alasannya disinii. Ribet. Lagian kalian juga
tidak ingin tahu sepertinya. Agak aneh soalnya pun.
Sebelum
pengakhiran dari tulisan yang mugkin gak ada manfaatnya ini aku akan sedikit
menuliskan sebuah kata-kata yang aku simpulkan dari seminar syafii effendi
tadi, tapi bang fi’i tidak mengatakn ini sebenarnya, aku menyimpulkan dari semua
perkataannya. “Cintai diri sendiri,
cintai kegilaanmu banggalah terhadap kegilaan yang kamu miliki, asalkan itu
baik untuk masa depanmu dan tentunya tidak melanggar syariat Tuhan dan Rasul Mu”
Dan satu kata untuk
seminar bang Fi’i keren sekali meski ada satu hal yang aku kurang setuju dengan
yang bang syafii sampaikan itu tapi keseluruhannya aku sependapat. Tidak rui
lah aku sama kawanku mengarungi banjir dan basah kuyup hari itu, karena
disamping kami bisa main-main ke Aron kami juga bisa bernostalgia kembali
dengan masa kecil kami, mandi hujan dan itu menyenangkan. Haha.
Senja
gerimis Lhokseumawe 1 Desember 2017, 12 Rabiul Awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar