Hujan Bulan Juli
Panasnya bulan
ini,karena bumi khatulistiwa sedang mesra-mesranya bercinta dengan sang surya,
bulan ini sang makhluk ciptaan Allah yang kadang mampu menguatkan hati para
jomblo-jomblo ketika rapuh, mewek dan sejenisnya. Dengan kalimat sok bijaksana
“Lihatlah, matahari yang sendiri aja bersinar masak kamu tidak blo!” whwek.
Yup, musim
kemarau tiba lagi di tahun ini padahal serasa baru kemarin saja tahun ini
berganti, tanpa terasa eh, sudah pertengahan tahun. Juni dan Juli yang membuat
tanah khatulistiwa merindukan nyanyian air langit membasahi lelahnya, atau
pohon-pohon yang rindu bermanja-manja dengan sentuhan air langit itu. kering
gersang dan panas. Membuat mata si pemalas mempunyai tambahan alasan beraharap
tidak segera bertemu dengan pagi karena terlampau lelah di harinya. Atau air
sumur warga desa yang mulai berkurang bahkan ada yang sudah berubah warnanya,
beberapa diantaranya kuning pekat.
Begitulah hidup
yang selalu penuh filosofi, seperti tanah musim kemarau yang merindukan hujan
atau tanah di musim hujan yang merindukan matahari. Inilah hakikat rindu,
rindu yang hadir ketika pemilik hati sepotong hati itu jauh dan lama tidak
hadir di mata. Dan hari ini, tanah musim kemarau menemukan rindunya ketika hujan
turun membahasi lekuk-lekuk tanah yang membuat para tumbuhan berseru riang,
lama tak menari dengan hujan, lama tidak dibasuh hujan hingga beberapa daunnya
kotor terkena berdebu atau polusi. Hujan bulan Juli membuatnya mampu melepaskan
beban. Hujan bulan Juli yang menyejukkan, setelah lama tidak mendegar irama
hujan dengan suara nyayian katak dan okestranya. Lumayan menghangatkan tubuh
dan hati yang gersang ini.
Dan kau datang
bertepatan dengan hujan di bulan Juli yang juga mampu membasahi hatiku yang
gersang. Itu sebenarnya yang ingin kusampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar